Kurang tahu juga apakah ada kaitannya Bukit Lawang dengan Taman Lawang yang ada di Jakarta. Menurutku hanya berbeda yang nongkrong saja. Kalau di Taman Lawang
Bukit
Lawang adalah nama tempat wisata di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara
yang terletak 68 km sebelah barat laut Kota Binjai dan sekitar 80 km di sebelah
barat laut kota Medan. Bukit Lawang termasuk dalam lingkup Taman Nasional Gunung Leuser
yang merupakan daerah konservasi terhadap mawas orang utan.
Sejak dulu, tempat ini
dikenal turis mancanegara sebagai objek wisata alam hutan tropis. Bahkan di
dunia tidak lebih dari lima tempat yang mempunyai wisata hutan tropis yang
sangat sejuk. Bukit Lawang bahkan mungkin salah satu yang terbaik di dunia.
Pemandangan alamnya terutama didominasi bukit-bukit terjal, pepohonan rindang,
dan pemandian sungai dengan airnya yang jernih.
Tidaklah sulit Untuk
mencapai Bukit Lawang. Bukit Lawang dapat ditempuh melalui perjalanan darat
dari kota Medan (Ibu kota Provinsi Sumatera Utara) melewati kota binjai dengan
kendaraan umum yang dapat kita naiki di terminal Pinang Baris Medan atau juga
dapat menyewa kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 3 jam dengan jarak sekitar
80 Km dari kota Medan. Angkutan model bus hingga travel berangkat hampir setiap
waktu dari terminal terpadu Pinang Baris (hati-hati
di terminal ini banyak copet dan tukang hypnotist).
Kondisi jalan menuju kawasan Bukit Lawang
sangat baik dan telah diaspal. Selama perjalanan sekitar 2 jam, akan terlihat
perkebunan kelapa sawit, serta beberapa sungai yang menjadi sumber kehidupan
warga sekitar. Lantas sehabis melewati perkebunan karet, maka panorama Bukit
Lawang yang menakjubkan terhampar luas.
Setelah menempuh waktu 3 jam wisatawan akan
disambut dengan jembatan “Jembatan Goyang”. Jembatan ini menghubungkan antara
satu sisi sungai dengan yang ada diseberang sungai untuk menuju ke penginapan,
harus hati-hati dan jaga keseimbangan ketika melewati jembatan ini. Soalnya
jembatan ini mudah sekali goyang dan jembatan ini hanya terbuat dari susunan
papan dan bambu yang di sambung dengan tali baja. (Silap dikit aja wassalam dah... hihihihi…).
Jembatan Goyang.. Jatuh Ya wassalam deh |
Sebenarnya masih ada jembatan lainnya yang
menghubungkan antara satu sisi sungai dengan yang ada di seberangnya, dan
jembatan ini letaknya tidak begitu jauh dari jembatan yang pertama. Jembatan
yang kedua ini cukup aman untuk dilalui karena jembatan ini kuat dan tidak
bergoyang sama sekali.
Jembatan Yang Baru Di Bukit Lawang |
Sebenarnya banyak
sekali yang bisa kita lakukan di Bukit Lawang. Seperti, Trekking, yang mana
kegiatan ini banyak sekali di lakukan oleh para wisatawan mancanegara jika
mereka datang ke Bukit Lawang, karena mereka ingin menyaksikan panorama alam
yang indah dengan sungai yang jernih serta keberadaan Orangutan Sumatera Utara
menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan. Para wisatawan bisa menjelajahi
hutan hingga sampai di Tangkahan, sebuah objek wisata menarik lainnya di
Sumatera Utara. Bila Anda seorang petualang tangguh, mungkin Anda ingin
melakukan jelajah hutan hingga ke Ketambe di wilayah Aceh bagian selatan. Jadi saya
memutuskan hanya melakukan jelajah hutan satu hari.
Disertai seorang
pemandu yang saya sewa, saya memulai perjalanan singkat menjelajah Gunung
Leuser selama 6 jam. Hutan hujan tropis yang saya lalui masih cukup lebat,
kicau burung terdengar bersahutan. Ranting berderak patah terinjak kaki-kaki
kami. Beberapa kali kami harus melewati sungai kecil yang mengalir di tengah
hutan.
Sungai Bahorok Yang Berada di Tengah Hutan |
Selama rentang waktu
tersebut, kami mendaki dan melintasi pucuk-pucuk bukit di atas aliran Sungai
Bahorok. Semakin ke atas, suara bising kendaraan mulai samar terdengar. Yang
ada hanya suara deruan aliran Sungai Bahorok yang perlahan-lahan juga mulai
menghilang. Bang anto, sang pemandu yang berjalan di depan mendadak mengisyaratkan
untuk berhenti. Ia berdiri mematung dan memandang ke atas rimbunan pohon di
depan. Tiba-tiba, dahan sebelah atas salah satu pohon bergerak kencang. Gerakan
itu berpindah ke pohon lain di depannya dan terus mendekat ke arah kami. Tak
lama kemudian tampaklah seekor orang utan liar menggelantung di pepohonan
bergerak ke arah kami. Meskipun saya sudah pernah melihat orang utan di kebun
binatang medan, tapi tetap saja kedatangan makhluk ini membuat saya
ketar-ketir.
Orang Utan Yang Bergelantungan Di Pepeohonan |
Bang anto, sang pemandu menjelaskan bahwa orang
utan yang satu ini adalah orang utan liar dan terkadang suka merampas barang
bawaan para tamu. Untungnya, orang utan yang kami jumpai cukup bersikap ramah.
Ditambah setelah Bang anto mengeluarkan satu sisir pisang yang sudah disiapkan
untuk berjaga-jaga kalau-kalau berjumpa orang utan di sepanjang perjalanan.
Pisang membuat makhluk yang satu ini betah berlama-lama di dekat kami, sehingga
menjadi sasaran bidikan kamera. Saya pun memberanikan diri saya untuk member
makan orang utan tersebut atas saran bng anto. Dan ternyata menakjubkan dan
orang utan tersebut tidaklah galak atau apalah.
Sedang Mengasih Makan Sang Primadona Di Alam Bebas |
Orang utan Sumatera
berbulu panjang, lebat, dan berwarna kemerahan di seluruh tubuh bagian atas,
kedua lengan, kaki hingga kepala. Orang utan memilih buah-buahan sebagai
makanan utama, selain itu juga memakan dedaunan, rayap dan semut. Setelah puas
mengamati dan mengabadikan orang utan itu, kami melanjutkan perjalanan menuju feeding center melalui jalan setapak
yang curam dan merambah pucuk – pucuk perbukitan yang termasuk dalam kawasan
Taman Nasional Gunung Leuser.
Orang Utan Di Alam Bebas |
Nafas ku pun mulai
terengah – engah menjamah hutan lebat ini . sesekali aku berpegangan pada
ranting pohon agar tidak terpleset saat menaiki dan menurunin bukit – bukit
disana. Sesampainya aku di feeding center
ternyata sudah banyak turis mancanegara dan lokal yang sudah berada disana
melihat orang utan yang sedang bergelantungan di sudut kiri dan kanan, dan
ternyata itu adalah waktunya makan bagi para orangutan. Seperti biasa para
orang utan makanannya ialah pisang dan yang bikin aneh minumannya itu,
minumannya susu, dan mereka minumnya dari gelas. Dan mereka beda dengan orang
utan yang saya jumpain di hutan tadi. Orang utan yang berada di konservasi ini
jinak – jinak dan mereka tidak takut pada manusia. Malah ada beberapa yang
jalan melewati penonton, tapi cuek gitu deh kagak nengok2… (huuu somsek!) Padahal pingin aku ajak
pulang kalo nggak somsek…
Situasi Di Konservasi Orang Utan Saat Waktu Pemberian makan |
Semua wisatawan baik
local maupun macanegara sangat berantusias mengabadikan foto – foto orang utan
yang sedang makan di feeding center
dan Sebelnya ada anak kecil yang teriak-teriak bikin kita nggak konsen, dan
bikin takut orang utan! hiiihhh!…tapi yg salah bapaknya udah tau anaknya masih
kecil dan rada tengil… pakek diajak ajak segala lagi. (hehehhheehe).
(waktu makan bagi orang utan 2 x sehari, pagi dan sore. Jadi jika ingin
melihat orang utan yang ada di konservasinya mesti tahu jadwal makannya ya!!!).
Perjalanan diakhiri
sampai di sini. Benar-benar pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Saya yang
awalnya tidak terlalu berekspektasi untuk bertemu orangutan malah bertemu
banyak orang utan yang berada di alam bebas dan di konservasi nya. Dalam hati
saya berniat akan kembali ke Bukit Lawang untuk menikmati lebih lama suasana
hutan Taman Nasional Gunung Leuser ini. Mungkin dengan trekking pendek atau
berkemah di hutan. Berdasarkan cerita Bang anto tidak banyak turis lokal yang
berkemah di hutan Bukit Lawang. Kebanyakan yang melakukan aktifitas itu adalah
turis asing. Suatu saat jika ada waktu pasti saya akan ke sana lagi. sore itu
saya habis kan waktu untuk bersantai - santai di pondok pinggir sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar