Selasa, 22 Januari 2013

Tanah Lot - Bali, Tample On The Rock


Perjalanan pada hari kedua di Bali, saya mulai dari Tanah Lot. Tanah Lot berada di sebelah barat Denpasar, tepatnya di Kabupaten Tabanan. Pergi sendirian tidaklah menjadi masalah buatku. Meskipun melewati jalan-jalan yang cukup membingungkan karena sepi, tapi beruntung saya nggak nyasar. Perjalanan kurang dari satu jam saya sudah sampai di Tanah Lot. Hal ini tidak lepas dari petunjuk jalan di Bali yang cukup lengkap dan jelas.
Narsis Bentar ah. . . .

Sebelum masuk, kita harus membeli tiket sebesar 10.000 kalau nggak salah. Setelah itu baru deh masuk ke pintu menuju arah pura. Seperti di tempat-tempat wisata yang lain, sepanjang jalan menuju ke pura banyak terdapat kios-kios yang menjual makanan dan souvenir. Berbagai macam souvenir khas Bali dijual di sini.

Dari pintu masuk tadi sampai dengan tepi pantai berjarak kurang lebih 200 meter. Lumayan buat olahraga di pagi hari. Barulah saya sampai di tepi pantai untuk mengagumi keindahan Pura Tanah Lot
 yang dibangun di atas batu karang besar di tengah pantai dan ini lah yang membuat wisatawan takjub akan keindahannya. Enaknya ke Tanah Lot pagi hari karena belum terlalu ramai. Jadi saya dengan puas menikmati keindahan alam ini tanpa gerombolan manusia-manusia.
Tanah Lot Sesaat Pasang Belom Datang
Saat saya datang, air laut sedang surut. Pengunjung bisa berjalan menuju ke pura tanpa basah-basahan. Nah saat menjelang sore sepertinya Tanah Lot menjadi pasang sehingga kalau mau menuju ke pura, mau nggak mau pakaian jadi basah. Yang menarik di Tanah Lot pada sore hari ialah kita dapat melihat matahari tenggelam (sunset) yang sangat indah, ketika sang Surya tenggelam di kaki cakrawala, sungguh pemandangan yang dapat membuat mata berhenti berkedip. Dijalan menuju pantai Tanah Lot banyak dijumpai penunjang pariwisata seperti hotel, restaurant, art shop, dan lainnya. Waktu yang baik untuk berkunjung kesana adalah pukul 16:00, jadi kita dapat melihat-lihat pemandangan dengan tebing yang curam, pura Tanah Lot yang mengagumkan, dan pemandangan pantai sambil menunggu sunset.
Sunset di Tanah Lot
Beberapa Tourist Yang Tertangkap Kameraku







Senin, 21 Januari 2013

Pulau Banyak, Aceh Singkil (the hidden paradise)



Kepulauan Banyak merupakan sebuah kecamatan di daerah kabupaten aceh singkil (Nanggroe Aceh Darussalam) dan ibukota kecamatannya terdapat di pulau balai. Pulau balai merupakan nadi perekonomian dari kepulauan banyak karena disana terjadi transaksi ekonomi antar penduduk, selain itu pulau balai mempunyai fasilitas lengkap di banding pulau-pulau lainnya yang ada di kepulauan banyak. Pulau banyak sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mempunyai potensi yang cukup besar bagi pengembangan sektor pariwisata karena memiliki keindahan, kekayaan alam dan kehidupan sosial budaya serta peninggalan – peninggalan sejarah yang semuanya dapat dijadikan objek wisata. Alam Aceh Singkil yang begitu menakjubkan dan mempesona belum dapat di manfaatkan secara maksimal, banyak sekali potensi wisata yang selama ini terpendam, diantaranya adalah wisata bahari yang saat ini sudah mulai dikembangkan.
Sunset Di Pulau Balai
Satu- satunya yang dapat dikembangkan sebagai lokasi Wisata Bahari ialah Pulau Banyak. Sebagai daerah kepulauan, Pulau Banyak selain memiliki laut yang cukup luas juga pantai yang sangat panjang dan indah, pantai Pulau Banyak tidak kalah dengan Bali. Pasir putihnya lebih lembut dari Legian Bali, lambaian daun- daun kelapa yang rindang semakin memperindah suasana tamasya dengan pemandangan alam pantai tropis. Indahnya panorama Sunset juga menjadi tontonan tersendiri yang mengasyikkan.

Bagaimana Caranya Menuju Kepulauan Banyak?
Cara menuju kepulauan banyak sangat lah mudah dan banyak transportasi yang melayani route medan – singkil. Aku melakukan perjalanan dari Medan dengan menggunakan travel (Medan - Aceh Singkil) dengan harga Rp. 110.000 untuk armada Kijang Inova, Avanza dan Kijang Krista, full AC. Jika itu masih kemahalan, masih ada alternatif transportasi yang bisa di gunakan untuk menuju singkil seperti Armada L 300 dengan harga Rp. 75.000 dengan jumlah penumpang max 11 orang, dan Rp. 90.000 dengan jumlah penumpang max 9 orang, non AC.

Nb. Perjalanan Medan - Singkil akan di tempuh -/+ 8 jam dan Nuansa Buana Air (NBA) melayani penerbangan Medan - Singkil tetapi hanya tersedia 2 x seminggu Senin dan Sabtu pagi.

Kemudia perjalanan di lanjutkan dengan menggunakan kapal nelayan yang biasa mengangkut sembako dari pelabuhan jembatan tinggi Singkil dengan tarif Rp. 25.000 / orang dan perjalanan ini akan menyita waktu sekitar -/+ 3 jam. Kapal - kapal nelayan yang menuju Pulau Balai selalu berangkat pukul 7.30 pagi setiap harinya.
Kapal Nelayan Yang Menuju Pulau Balai

Jika takut menggunakan kapal nelayan, masih ada alternative yang bisa digunakan menuju pulau balai yaitu kapal ferry dengan lama perjalanan -/+ 4 jam dengan biaya yang sedikit lebih mahal dari kapal nelayan Rp. 30.000. Dan jadwal keberangkatan kapal ferry hanya seminggu sekali setiap hari selasa dari Singkil - Pulau balai dan hari rabu dari Pulau balai - Singkil.


Nb. Dari pulau balai bisa menyewa perahu - perahu nelayan setempat untuk mengelilingi beberapa pulau di kepulauan banyak dengan tarif Rp. 300.000.

Apa Saja Yang Bisa Di Lakukan Di Pulau Banyak?
Banyak hal yang bisa di lakukan di Kepulauan banyak, misalnya mengunjungi Pulau bengkaru yang mana disana terdapat beberapa satwa langka yaitu penyu hijau, penyu belimbing dan penyu sisik. Di pulau bangkaru kita bisa menyaksikan langsung penyu - penyu  tersebut pada malam hari ketika mereka ingin bertelur di pulau bangkaru. Masuk ke pulau bangkaru di kenakan biaya konservasi.
Sudut Pulau Palambak
Di kepulauan banyak kita juga bisa HOPING island, yaitu kita bisa mengunjungi beberapa pulau yang ada di kepulauan banyak seharian penuh dengan menggunakan perahu nelayan yang bisa di sewa seharian dan jarak satu pulau dengan pulau yang lain tidaklah begitu jauh jaraknya. Sehingga sangat sempurna bagi yang senang melakukan penjelajahan dari satu pulau ke pulau lainnya Dan kita juga bisa snorkling di beberapa spot terbaik seperti pulau lambudung, pulau tailana dan pulau pandan. Sebenarnya masih banyak lagi spot yang menarik disana dan hanya tergantung pada selera masing masing saja. Seandainya belum cukup juga, masih ada aktivitas turtle watching di daerah konservasi pulau Bangkaru, dimana kita bisa ikut dalam tim yang berpatroli setiap jam 8 malam di pantai Amandangan untuk melakukan kontrol terhadap penyu yang singgah di pantai.
Salah Satu Sudut Pulau Sikandang


Pulau Sikandang


Pulau Bangkaru
Surfing / selancar juga bisa dilakukan di kepulauan banyak, terdapat 12 titik ombak untuk selancar yang cukup panjang dan bisa bisa mencapai ketinggian 6 meter yang terbesar di pulau Bangkaru, Ujung Silingar dan bagian selatan pulau Tuangku. Titik selancar yang paling banyak di kunjungi oleh peselancar adalah pantai Amandangan dan pantai Pelanggaran di pulau Bangkaru.

Harus Menginap Dimana?
Ada beberapa pilihan untuk menginap di kepulauan banyak. Yang pertama di pulau Balai (yang merupakan gerbang masuk kepulauan banyak), ada beberapa penginapan di pulau Balai dengan harga yang bervariasi dan terjangkau seperti penginapan putri, aurora, dan auk kombi. 

Penginapan Putri
Cottage di Pulau Palambak

Yang kedua, kita bisa menginap di pulau palambak besar, yang mana tersedia 4 cottage kayu yang disewakan untuk para tamu sedangkan 2 bangunan lagi merupakan kantin dan tempat tinggal pengelola cottage. Cottage ini berbentuk rumah panggung berukuran 4 x 4 meter dan dapat di tempati untuk 2 orang atau lebih. didepan kamar terdapat sebuah balkon yang langsung menghadap ke pantai. Balkon ini juga di lengkapi dengan dua buah kursi rotan dan meja. Harga sewa cottage ini ialah Rp. 100.000 / person dan makan per hari Rp. 100.000 (3x makan).
Cottage Di Pulau Sikandng
Dan jika tidak ingin menginap di Pulau Palambak atau cottage di Palambak penuh, kita bisa pindah ke Pulau Sikandang, yang mana terdapat beberapa cottage yang tidak kalah bagus dengan cottage yang ada di Pulau Palambak, tetapi cottage di Pulau Sikandang hanya buka pada saat musim liburan saja. Dan jika ingin sesuatu yang extreme kita bisa berkemah di beberapa pulau yang tidak ada penghuninya seperti Pulau Lambudung, Pulau Asok, Pulau Pandan, Pulau Tailana dll.

Untuk menuju dan menikmati keindahan gugusan pulau Banyak, sebaiknya berangkat pada bulan Maret hingga Agustus karena itulah saat terbaik untuk mengunjungi pulau Banyak. pada bulan - bulan itu cuaca cerah dan laut tenang dan waktu terbaik untuk hoping island, kayaking dan snorkling. (Let's plan  your trip to Banyak Island And you'll get something different from islands you've ever visited before).




Rabu, 16 Januari 2013

Backpacker Ke Bukit Lawang ( Mengejar sang Primadona Di Alam Bebas )


Kurang tahu juga apakah ada kaitannya Bukit Lawang dengan Taman Lawang yang ada di Jakarta. Menurutku hanya berbeda yang nongkrong saja. Kalau di Taman Lawang Bencong kalau di Bukit Lawang Orang utan. (hem...beda beda tipis lah... hehehehhe).


Bukit Lawang adalah nama tempat wisata di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara yang terletak 68 km sebelah barat laut Kota Binjai dan sekitar 80 km di sebelah barat laut kota Medan. Bukit Lawang termasuk dalam lingkup Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan daerah konservasi terhadap mawas orang utan.

Sejak dulu, tempat ini dikenal turis mancanegara sebagai objek wisata alam hutan tropis. Bahkan di dunia tidak lebih dari lima tempat yang mempunyai wisata hutan tropis yang sangat sejuk. Bukit Lawang bahkan mungkin salah satu yang terbaik di dunia. Pemandangan alamnya terutama didominasi bukit-bukit terjal, pepohonan rindang, dan pemandian sungai dengan airnya yang jernih.

Tidaklah sulit Untuk mencapai Bukit Lawang. Bukit Lawang dapat ditempuh melalui perjalanan darat dari kota Medan (Ibu kota Provinsi Sumatera Utara) melewati kota binjai dengan kendaraan umum yang dapat kita naiki di terminal Pinang Baris Medan atau juga dapat menyewa kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 3 jam dengan jarak sekitar 80 Km dari kota Medan. Angkutan model bus hingga travel berangkat hampir setiap waktu dari terminal terpadu Pinang Baris (hati-hati di terminal ini banyak copet dan tukang hypnotist).

Kondisi jalan menuju kawasan Bukit Lawang sangat baik dan telah diaspal. Selama perjalanan sekitar 2 jam, akan terlihat perkebunan kelapa sawit, serta beberapa sungai yang menjadi sumber kehidupan warga sekitar. Lantas sehabis melewati perkebunan karet, maka panorama Bukit Lawang yang menakjubkan terhampar luas.

Setelah menempuh waktu 3 jam wisatawan akan disambut dengan jembatan “Jembatan Goyang”. Jembatan ini menghubungkan antara satu sisi sungai dengan yang ada diseberang sungai untuk menuju ke penginapan, harus hati-hati dan jaga keseimbangan ketika melewati jembatan ini. Soalnya jembatan ini mudah sekali goyang dan jembatan ini hanya terbuat dari susunan papan dan bambu yang di sambung dengan tali baja. (Silap dikit aja wassalam dah... hihihihi…).


Jembatan Goyang..
Jatuh Ya wassalam deh
Sebenarnya masih ada jembatan lainnya yang menghubungkan antara satu sisi sungai dengan yang ada di seberangnya, dan jembatan ini letaknya tidak begitu jauh dari jembatan yang pertama. Jembatan yang kedua ini cukup aman untuk dilalui karena jembatan ini kuat dan tidak bergoyang sama sekali.

Jembatan Yang Baru Di Bukit Lawang
Sebenarnya banyak sekali yang bisa kita lakukan di Bukit Lawang. Seperti, Trekking, yang mana kegiatan ini banyak sekali di lakukan oleh para wisatawan mancanegara jika mereka datang ke Bukit Lawang, karena mereka ingin menyaksikan panorama alam yang indah dengan sungai yang jernih serta keberadaan Orangutan Sumatera Utara menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan. Para wisatawan bisa menjelajahi hutan hingga sampai di Tangkahan, sebuah objek wisata menarik lainnya di Sumatera Utara. Bila Anda seorang petualang tangguh, mungkin Anda ingin melakukan jelajah hutan hingga ke Ketambe di wilayah Aceh bagian selatan. Jadi saya memutuskan hanya melakukan jelajah hutan satu hari.

 Disertai seorang pemandu yang saya sewa, saya memulai perjalanan singkat menjelajah Gunung Leuser selama 6 jam. Hutan hujan tropis yang saya lalui masih cukup lebat, kicau burung terdengar bersahutan. Ranting berderak patah terinjak kaki-kaki kami. Beberapa kali kami harus melewati sungai kecil yang mengalir di tengah hutan.
Sungai Bahorok Yang Berada di Tengah Hutan

Selama rentang waktu tersebut, kami mendaki dan melintasi pucuk-pucuk bukit di atas aliran Sungai Bahorok. Semakin ke atas, suara bising kendaraan mulai samar terdengar. Yang ada hanya suara deruan aliran Sungai Bahorok yang perlahan-lahan juga mulai menghilang. Bang anto, sang pemandu yang berjalan di depan mendadak mengisyaratkan untuk berhenti. Ia berdiri mematung dan memandang ke atas rimbunan pohon di depan. Tiba-tiba, dahan sebelah atas salah satu pohon bergerak kencang. Gerakan itu berpindah ke pohon lain di depannya dan terus mendekat ke arah kami. Tak lama kemudian tampaklah seekor orang utan liar menggelantung di pepohonan bergerak ke arah kami. Meskipun saya sudah pernah melihat orang utan di kebun binatang medan, tapi tetap saja kedatangan makhluk ini membuat saya ketar-ketir.
Orang Utan Yang Bergelantungan Di Pepeohonan

Bang anto, sang pemandu menjelaskan bahwa orang utan yang satu ini adalah orang utan liar dan terkadang suka merampas barang bawaan para tamu. Untungnya, orang utan yang kami jumpai cukup bersikap ramah. Ditambah setelah Bang anto mengeluarkan satu sisir pisang yang sudah disiapkan untuk berjaga-jaga kalau-kalau berjumpa orang utan di sepanjang perjalanan. Pisang membuat makhluk yang satu ini betah berlama-lama di dekat kami, sehingga menjadi sasaran bidikan  kamera. Saya pun memberanikan diri saya untuk member makan orang utan tersebut atas saran bng anto. Dan ternyata menakjubkan dan orang utan tersebut tidaklah galak atau apalah.

Sedang Mengasih Makan Sang Primadona Di Alam Bebas
Orang utan Sumatera berbulu panjang, lebat, dan berwarna kemerahan di seluruh tubuh bagian atas, kedua lengan, kaki hingga kepala. Orang utan memilih buah-buahan sebagai makanan utama, selain itu juga memakan dedaunan, rayap dan semut. Setelah puas mengamati dan mengabadikan orang utan itu, kami melanjutkan perjalanan menuju feeding center melalui jalan setapak yang curam dan merambah pucuk – pucuk perbukitan yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.

Orang Utan Di Alam Bebas
Nafas ku pun mulai terengah – engah menjamah hutan lebat ini . sesekali aku berpegangan pada ranting pohon agar tidak terpleset saat menaiki dan menurunin bukit – bukit disana. Sesampainya aku di feeding center ternyata sudah banyak turis mancanegara dan lokal yang sudah berada disana melihat orang utan yang sedang bergelantungan di sudut kiri dan kanan, dan ternyata itu adalah waktunya makan bagi para orangutan. Seperti biasa para orang utan makanannya ialah pisang dan yang bikin aneh minumannya itu, minumannya susu, dan mereka minumnya dari gelas. Dan mereka beda dengan orang utan yang saya jumpain di hutan tadi. Orang utan yang berada di konservasi ini jinak – jinak dan mereka tidak takut pada manusia. Malah ada beberapa yang jalan melewati penonton, tapi cuek gitu deh kagak nengok2… (huuu somsek!) Padahal pingin aku ajak pulang kalo nggak somsek…


Situasi Di Konservasi Orang Utan Saat Waktu Pemberian makan
Semua wisatawan baik local maupun macanegara sangat berantusias mengabadikan foto – foto orang utan yang sedang makan di feeding center dan Sebelnya ada anak kecil yang teriak-teriak bikin kita nggak konsen, dan bikin takut orang utan! hiiihhh!…tapi yg salah bapaknya udah tau anaknya masih kecil dan rada tengil… pakek diajak ajak segala lagi. (hehehhheehe).
(waktu makan bagi orang utan 2 x sehari, pagi dan sore. Jadi jika ingin melihat orang utan yang ada di konservasinya mesti tahu jadwal makannya ya!!!).

Perjalanan diakhiri sampai di sini. Benar-benar pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Saya yang awalnya tidak terlalu berekspektasi untuk bertemu orangutan malah bertemu banyak orang utan yang berada di alam bebas dan di konservasi nya. Dalam hati saya berniat akan kembali ke Bukit Lawang untuk menikmati lebih lama suasana hutan Taman Nasional Gunung Leuser ini. Mungkin dengan trekking pendek atau berkemah di hutan. Berdasarkan cerita Bang anto tidak banyak turis lokal yang berkemah di hutan Bukit Lawang. Kebanyakan yang melakukan aktifitas itu adalah turis asing. Suatu saat jika ada waktu pasti saya akan ke sana lagi. sore itu saya habis kan waktu untuk bersantai - santai di pondok pinggir sungai.



















Minggu, 05 Agustus 2012

Arti Dari Sebuah Kepercayaan

Dikisahkan, ada seorang pemuda yang dulunya hanya seorang office boy di sebuah perusahaan Jepang, tetapi sekarang ia telah berhasil menjadi seorang pengusaha sukses di bidang jasa. 

Saat ditanya, bagaimana itu bisa terjadi, si pengusaha bercerita sambil bernostalgia. "Sebenarnya, pendidikan saya hanya SMP saja, itupun lulusan dari kampung. Saat diterima kerja sebagai pesuruh di kota besar ini, saya sangat senang sekali. Kata teman-teman di kantor, saya selalu bersemangat, murah senyum, dan siap membantu siapa saja yang memerlukannya. Bahkan bekerja lembur dan tidur di kantor pun, saya jalani dengan senang. 

Tugas, yang pada mulanya hanya sebatas pesuruh, mengantar ini mengantar itu, menyediakan minuman, menyusun file-file, suatu hari meningkat menjadi pembantu adiministrasi saat ada anak kantor yang mengalami musibah dan tidak dapat menyelesaikan tugasnya, saya belajar mati-matian menggunakan komputer untuk membantunya mengetik. 

Bos saya orang Jepang. Dan saya lah yang paling sering berada di ruangan bos, membantu dan menemaninya bekerja hingga malam hari. Perintah-perintah bos diucapkan dalam bahasa Jepang. 

Pada awalnya saya tidak mengerti sama sekali. Dan, dari sanalah saya terpacu untuk belajar berbahasa Jepang. Karyawan dari Jepang yang bekerja di situ, sangat menghargai siapapun yang mau belajar bahasa mereka. Setiap hari, mereka mengajari sambil mentertawakan kebodohan saya jika salah dalam berucap kata. Oleh-oleh yang dibawa dari Jepang adalah buku-buku berbahasa Jepang yang saya minta. 

Kira-kira empat tahun kemudian, tugas saya pun mengalami perubahan. Walaupun Tetap membantu serabutan, tetapi naik kelas menjadi asisten administrasi penghubung. Setiap ada tamu dari negeri sakura datang, saya yang menemani mereka menjadi penterjemah. Lama-kelamaan, saya dipercayai mengurus banyak hal, menghadap pejabat, menyampaikan pesan-pesan penting antar departemen dan sebagainya.

Sekian tahun kemudian, atas persetujuan dan bantuan Bos dan kepercayaan yang telah terbentuk selama ini, saya meminta izin untuk mengundurkan dan memulai usaha sendiri di bidang jasa, yakni mengurus berbagai perijinan hingga rekruting karyawan, khususnya untuk perusahaan Jepang yang hendak berinvestasi di Indonesia. 

Bisnis saya bisa berkembang pesat seperti sekarang ini, tentu saja saya bersyukur atas semua ini, dan tetap belajar segala sesuatu agar bisnis saya terus berkembang dan berkembang. 

Senin, 30 Juli 2012

Backpacker Medan Ke Bali Ala Dora


Banyak orang beranggapan kalau berlibur ke Bali itu pasti akan memerlukan modal yang sangat besar, ya minimal 5 jutaan lah ( itu kata teman2 ku ). Sebenarnya, tidak benar juga loh pendapat itu, semuanya tergantung bagaimana cara kita berwisata kesana.


Beberapa bulan lalu tepatnya bulan Maret 2012, kakiku menginjakkan Ke Pulau Bali untuk pertama kalinya. Perjalanan ini aku namai perjalanan ala DORA. Kenapa aku namai perjalanan ala DORA? karena dalam perjalanan ini aku hanya berbekal tas ransel yang besarnya segede gaban dan peta pulau bali. Perjalanan ini aku lakukan seorang diri loh... eits.. sendiri bukan berarti kesepian, solo backpacker juga bisa menimbulkan sejuta kesan yang takkan pernah loe..loe..lupakan.

PULAU BALI

HARI PERTAMA

Perjalanan ini aku awali dari kota kelahiranku KOTA MEDAN (horas lae..) dengan berbekalkan uang seadanya dan tentu saja atas restu orang tua, Aku pun memulai perjalanan ku dengan menggunakan angkot ke Badara POLONIA. Sesampainya aku di POLONIA, aku pun langsung check in dan langsung keruang tunggu menunggu pesawat yang akan membawa ku ke SURABAYA. Pada perjalanan kali ini, aku berangkat dengan menggunakan pesawat super duper murah siapa lagi kalau bukan AIRASIA. 

Pada pukul 11.45, kakak - kakak bagian informasi mengumumkan bahwa pesawat yang akan membawa ku terbang akan segera berangkat. Aku pun bergegas memasuki pesawat takut tidak kebagian kursi (he...he...). Pesawat pun bersiap - siap take off menuju SURABAYA, hati ku pun berdebar sangat kencang (tuk..tik...tak..tik...tuk...) seperti suara sepatu kuda (he..he..he..). Perjalanan MEDAN - SURABAYA akan menyita waktu selama 3 jam.

(info : jangan lupa siapkan MP3 atau MP4 selama perjalanan di pesawat biar loe nggak mati gaya 3 jam berada di pesawat).

Sesampainya di SURABAYA pukul 15.20 lebih lama 15 menit dari perkiraan ku. Aku pun langsung menelpon HARLIN Travel Agent yang akan membawa ku ke Pulau BALI dengan harga Rp. 110.000 sudah termasuk snack roti kecil dan makan malam pukul 1 pagi (he..he.. bukan makan malam itu namanya, tapi sahur itu namanya....). Perjalanan Surabaya - Bali akan menyita waktu selama 10 jam.

Pukul 16.30 mobil mini bus yang menjemput ku pun tiba di bandara Juanda. Mobil mini bus tersebut pun melaju sangat kencang dan menjemput 1 demi 1 penumpang yang akan pergi ke Bali. Rata - rata tujuan dari mereka bukanlah untuk berlibur melainkan untuk pulang ke kampung halaman mereka di Bali.

Selama perjalanan, tidak banyak yang bisa di lihat jadi aku memutuskan untuk tidur saja. Tiba – tiba mobil mini bus itu pun berhenti di salah satu rumah makan, persisnya tidak tahu didaerah mana dan abang sopir pun berteriak "makan...makan..." aku tersentak mendengar suara sumbang si abang sopir tersebut, Aku pun melihat jam tangan ku dan ternyata masih pukul 1.45 WIB. Semua penumpang turun dan menyantap hidangan yang sudah disiapkan. Makanan ini semua sudah termasuk harga tiket jadi tidak perlu bayar alias GRATIIIIIS!!!... Alhamdulil sudah kenyang.... setelah itu perjalanan pun di lanjutkan menuju pelabuhan ketapang untuk menyebrang ke pelabuhan gilimanuk. Karena masih lama jadi aku memutuskan untuk tidur kembali.

HARI KEDUA

Aku pun terbangun pukul  4.30 WITA dan aku melihat dari jendela mobil mini bus bahwa aku sudah berada di dalam ferry. Si abng sopir berteriak kepada seluruh penumpang untuk mengumpulkan KTP, karena ada pemeriksaan di pelabuhan gilimanuk. Oh.. MG ternyata kata abng sopir mini bus itu, jika kita tidak mempunyai KTP kita akan di pulangkan ke pelabuhan ketapang (kirain di pulangkan kerumah orang tua ku..he..he..)  dan tidak di ijinkan memasuki wilayah pulau Bali. (Wow…serem ya…!!!).

Setibanya di pelabuhan gili manuk, mobil mini bus pun melaju kencang mengantarkan satu per satu penumpang ke tujuannya masing – masing, dan aku adalah penumpang terakhir yang diantarkan si abng sopir. Aku meminta si abang sopir untuk menurunkan ku di poppies line 2. Dan tepat pukul 7.00 WITA aku sampai di poppies line 2. Ternyata poppies line itu berada di daerah Legian.

(info : perbedaan waktu di pulau bali lebih cepat 1 jam dari pada waktu yang ada di pulau jawa dan sumatera)

Yes..!! I’m In Bali now…uhui…..

Setelah sih abang sopir menurunkan ku di depan poppies line 2, aku pun bergegas mencari hotel di daerah tersebut. Satu demi satu hotel aku masukin dan ternyata harganya hem…mengecewakan karena tidak sesuai dengan isi kantongku. Aku pun sudah lelah keluar masuk hotel dan cacing di perut ku pun sudah mulai berdemo jadi aku memutuskan untuk sarapan di daerah Legian terlebih dahulu. Aku makan nasi lemak dan segelas teh hangat seharga Rp. 13.000. Ternyata tidak susah mencari makanan halal disini.

Setelah perut merasa kenyang, aku pun mulai melanjutkan mencari hotel. Aku mulai menelusurin lorong poppies line 2. Kali ini aku memasukin salah satu losmen di daerah poppies line yang tidak jauh dari persimpangan antara poppies line 2 dan Legian yaitu Losmen Hartawan. Kali ini pencarianku membuahkan hasil (buah mangga kali ya..!!) aku mendapat kamar dengan harga Rp. 100.000 per malam dengan fasilitas kipas angin, kamar mandi didalam dan tentu saja free breakfast loh.., dan karena aku mengambil kamar selama 3 malam, aku mulai melakukan tawar menawar dan memasang raut wajah kelelahan and finally aku diberi discount menjadi Rp.240.000 selama 3 malam. Aku langsung menuju kamar dan bergegas mandi dan siap untuk melakukan pengembaraan ku. Ketika aku bergegas keluar dari losmen, penjaga losmen tersebut memberitahukan ku bahwa besok Nyepi dan tidak seorangpun yang di izinkan keluar dari hotel atau rumah selama 1 hari 1 malam, jadi para tamu di himbau untuk mempersiapkan makanan selama Nyepi. (Jeng…..jejeng…..Oh..my ghost… so what can I do during the silent day?oh…oh…tidaaaaaaaaak!!!)

 Aku mulai melakukan pengembaraan ku. Aku mulai mencari tempat penyewaan sepeda motor, ternyata mudah sekali dijumpai tempat penyewaan sepeda motor dan mobil di sepanjang jalan Legian. Harganya pun bervariasi tergantung dengan jenis kendaraannya. Untuk sepeda motor Jupiter mx, atau Jupiter seharga Rp.60.000 dan untuk sepeda motor matic seharga Rp.50.000. Pilihan ku pun jatuh pada sepeda motor matic, jadi aku melakukan tawar menawar yang sangat sengit (untung saja tidak ada pertumpahan darah…heheh..) dan alhasil aku mendapatkan sepeda motor tersebut seharga Rp.130.000 selama 3 hari. Murah….!!!

Aku pun langsung bergerak menuju tujuan pertama ku yaitu Tanah Lot. Jaraknya pun lumayan jauh dari tempat ku menginap. Meskipun jaraknya jauh tetapi tidak sulit untuk mencapai tempat wisata tersebut, karena papan penunjuk jalan menuju tempat - tempat wisata sangat jelas sekali dan sangat membantu para wisatawan untuk menuju tempat – tempat tersebut. Dan jangan malu bertanya pada orang – orang setempat dijamin mereka akan membantu dengan senang hati.


(info : selama di Bali jangan lupa lihatlah papan – papan penunjuk jalan jika ingin berpergian kemanapun, dijamin loe..loe…gak bakalan tersesat).

Dengan membayar karcis masuk ± sebesar Rp.10.000 aku bisa menikmati pemandangan pura yang dibangun di atas batu karang besar di tengah pantai dan ini lah yang membuat wisatawan takjub akan keindahannya. Di sepanjang jalan menuju lokasi pantai atau pura Tanah Lot, aku melihat banyak sekali kedai – kedai yang menjual oleh – oleh khas Bali dan banyak juga warung atau restorant disana. Lokasinya beneran asyik banget untuk melepas lelah sejenak, saran ku kalau loe datang ke Tanah Lot, loe puas – puasin deh untuk take photo disini. It has many splendid views, aku jamin gak bakalan nyesel kalok kemari. Banyak banget turis yang berfoto disini dari turis local sampai yang manca Negara loh.


Ogoh-ogoh
Karena hari sudah mulai sore aku pun kembali kepenginapan bersiap – siap untuk membeli cadangan makanan untuk besok. Di sepanjang perjalanan kembali menuju penginapan aku melihat begitu banyak patung – patung besar yang baru siap di hiasin untuk pesta perayaan hari raya Nyepi nanti malam. Mereka menyebut patung – patung itu dengan sebutan OGOH – OGOH. Rata – rata patung tersebut berkarakter menyeramkan.

Setelah aku sampai di penginapan, aku menitipkan sepeda motor di losmen tempat ku menginap. Setelah itu aku pergi membeli beberapa persediaan makanan dan minuman di mini market yang berada di depan losmen, ternyata tidak sulit menjumpai mini market di daerah Legian dan Kuta, karena banyak mini market yang tersebar di sepanjang daerah tersebut. Kemudian aku pergi ketujuan ku yang kedua yaitu Kuta Beach. Lokasi Kuta Beach sangat dekat sekali dengan losmen tempat ku menginap, 15 minute on foot. Pantai Kuta memiliki pasir putih yang indah selain itu pantai kuta juga memiliki ombak yang cukup besar dan inilah yang menjadi primadona bagi peselancar dari seluruh penjuru dunia untuk mencoba menaklukkannya, selain itu para wisatawan tidak akan di kenakan biaya apapun alias GRATIISS!!....

Di Pantai Kuta terdapat banyak jasa tukang pijat badan yang bisa di jumpai dengan mudah di dalam area Pantai Kuta, dan jika hanya ingin bersantai atau minum juga bisa, karena ada banyak kedai yang menjual minuman dan makanan.

Banyak sekali bule bule yang berlibur disini. Selain berselancar mereka juga suka sunbathing di pantai dengan pakaian seadanya (ya gak jauh beda lah sama nelayan yang menjemur ikan hasil tangkapan mereka berjejer  tanpa pakaian…ha…ha…).

So. . . . siapkan iman kalian ya jika berlibur ke Pantai Kuta…

Sunset di pantai Kuta

Sore hari adalah waktu yang pas untuk mengunjungi Pantai yang satu ini, karena bisa melihat pemandangan matahari terbenam yang sangat indah, dan inilah moment yang sangat di tunggu– tunggu oleh semua wisatawan.

Stelah puas menikmati sunset di Pantai Kuta, aku pun mulai mencari makan malam di depan Pantai Kuta, and finally pilihan ku jatuh pada Mc’D. Sebenarnya banyak resto-resto yang asyik didepan Pantai Kuta tetapi ntah kenapa aku memilih Mc’D, mungkin karena Fast Food ya jadi gak perlu nunggu makanan begitu lama secara sudah lapar…he..he…  Mc’D berada pas didepan Pantai Kuta jadi makan malam sambil menikmati suasana pantai…hem….Asyik…. pokoknya recommend banget lah tempatnya untuk makan malam.

Setelah selesai mengisi perut, aku pun bergegas melihat pertunjukan Ogoh – Ogoh yang berada di ujung jalan Legian, tidak jauh dari tempat ku menginap. Sebenarnya pertunjukkan itu diadakan di banyak tempat di Bali. Pertunjukkan ini menyita perhatian para wisatawan baik lokal maupun manca Negara, karena ogoh – ogoh merupakan karya seni dan budaya hindu bali sehingga ramai sekali wisatawan yang menyaksikannya. Aku tidak terlalu lama menyaksikan pertunjukkan itu karena aku sudah lelah dan mengantuk jadi aku kembali kepenginapan. Aku pun berjalan menelusurin jalan Legian menuju penginapan. Legian yang terkenal dengan pusat hiburan malamnya seperti Pup atau Discotic tidak terlihat satupun yang buka pada malam itu padahal masih pukul 22.30 WITA. Sepanjang jalan Legian gelap hanya beberapa wisatawan yang masih berseliwiran untuk kembali kepenginapan mereka.

HARI KETIGA

Hari ini aku tidak banyak melakukan aktivitas, karena hari ini umat Hindu melakukan perayaan Nyepi, jadi semua orang tidak di izin kan melakukan aktivitas di luar rumah ataupun hotel. Aku pun bergegas pergi menuju ruang makan yang berada di dekat halaman losmen. aku pun menyantap sarapan yang sudah di sediakan oleh pegawai losmen. Aku tidak melihat banyak wisatawan yang menginap di losmen tersebut, kata pegawai losmen tersebut kebanyakan wisatawan pergi ke pulau Lombok sehari sebelum Nyepi, karena di Lombok tidak ada melakukan perayaan Nyepi yang dilakukan oleh umat Hindu di pulau Bali meskipun rata rata masyarakat yang di Lombok beragama Hindu.

Di pagi itu hanya ada aku dan 1 pria bule berkewarganegaraan prancis yang sarapan saat itu. Ternyata dia sendirian loh travel ke pulau Bali.. . .(alhamdulillah ya…ternyata ada kawan juga..he..he..he..) ternyata bukan cuman aku saja yang sebatang kara di pulau Bali, ternyata masih banyak turis yang melakukan travel seorang diri ke pulau Bali.
Teman baru ku ini bernama GI (jangan disebut 2x ya….GIGI hehehehheh cukup sekali aja GI). Dia lah yang menjadi teman ku bercerita dan berbagi pengalaman selama 1 hari 1 malam. 

Selama nyepi, orang – orang tidak di perbolehkan menghidupkan lampu dan semua siaran baik TV maupun Radio mati total (apakah langsung di kebumikan..?). Aku melihat daerah sekitar losmen dari lantai tiga, dan aku tidak melihat sedikitpun keriuhan yang biasanya terjadi disiang hari. Keadaan diluar sana begitu senyap  hanya terlihat beberapa pecalang yang sedang berpatroli di luar sana. Sama dengan hal nya pada malam hari, tak terdengar keriuhan sedikitpun pada malam itu, semua jalan terlihat gelap dan sepi, dan Pulau Bali pun seolah berubah menjadi sebuah pulau yang tak berpenghuni.

HARI KEEMPAT

Hari ini aku memulai ke giatanku dengan sarapan bersama teman baru ku itu. Dia berencana akan berselancar di Pantai Kuta pagi itu, aku pun mulai bergegas untuk melanjutkan pengembaraan ku lagi (mengambil kitab suci bersama biksu Tong ke Barat..he..he..he..).

Tujuan pertamaku hari ini ialah pergi ke GWK ( Garuda Wisnu Kencana).  Aku berangkat dengan menggunakan sepeda motor. Jarak dari losmen ke GWK memang lebih jauh jika di bandingkan ke Tanah Lot kemarin, tetapi itu tidak menyurutkan semangat ku untuk pergi kesana. Dengan berbekal peta dan papan penunjuk jalan yang jelas akhir nya aku sampai di GWK. Aku pun langsung menelusurin pintu masuk yang cukup jauh sampai ketemu tempat pembelian tiket masuk.

Dengan harga ± Rp.35.000 aku bisa melihat patung garuda yang sedang dalam pembangunan. Katanya sih jika patung itu selesai, patung itu akan menjadi patung tertinggi di dunia, dan patung ini juga bisa dilihat dari pantai Kuta (wow…simply awesome statue) dan tingginya mengalahkan patung Liberty yang ada di Amerika.

Di GWK sebenernya ada pertunjukan tari Barong dan Kecak yang dilaksanakan setiap hari minggu, tapi aku ketinggalan untuk menyaksikannya. Pertunjukan itu mulai pukul 10.30 WITA sampai pukul 11.00 WITA. Jadi bagi loe..loe..yang mau menyaksikan tarian - tarian tersebut, loe harus datang lebih awal. Di GWK juga ada banyak tempat penjualan souvenir khas Bali, tetapi harga di sini agak lebih mahal jika di bandingkan di tempat – tempat yang lain.
GWK tidak hanya menyajikan pemandangan Patung Garuda Wisnu Kencana saja tetapi disana juga ada banyak bukit – bukit yang menjulang tinggi yang terpotong – potong seperti keju. Itu sebuah pemandangan yang menakjubkan (hem…motong nya pakai pisau apa ya? Jadi penasaran nih. . .! !).

Dari GWK aku melanjutkan perjalanan ku menuju objek wisata Ulu Watu yang artinya ujung batu. Jarak dari GWK ke Ulu Watu tidak lah jauh, sekitar 20 menitan dengan sepeda motor. GWK dan Ulu Watu berada di jalur yang sama. Dengan biaya ± Rp.4000 sudah bisa masuk ke kawasan wisata Ulu Watu dan setiap wisatawan akan diminta untuk menggunakan kain yang akan di ikatkan di pinggang.

Pura Di Uluwatu


Di Ulu Watu, wisatawan akan disajikan pemandangan pura yang berdiri kokoh diatas batu karang yang menjorok ke arah laut dengan ketinggian sekitar 50 meter dan dari sini kita juga bisa melihat pemandangan sunset yang indah.

Setelah puas menikmati pemandangan tersebut, aku pun bergegas keluar dari tempat wisata tersebut untuk mencari tempat untuk makan siang. Akhirnya aku memilih tempat yang tidak jauh dari tempat ku menginap, tepatnya pas didekat tugu bom Bali. Tempatnya asyik dan pelayannya pun ramah – ramah dan yang terpenting harganya sangat terjangkau untuk isi kantong ku.

Aku pun kembali ke penginapan untuk beristirahat sejenak. Sekitar pukul 19.00 WITA aku pun berniat keluar untuk mencari tempat untuk makan malam, tetapi aku bertemu dengan GI di halaman depan. Dia malah mengajak ku untuk menemaninya makan malam di daerah Legian (asyik….makan malam GRATIS. . .!! rejeki memang enggak kemana).

Kami pun makan malam di tempat tadi sore aku makan. Ternyata kalau malam tempat ini lebih asyik karena menjadi tempat tongkrongan para wisatawan asing di malam hari. Malam pun mulai larut teman ku pun mengajak untuk pindah ke sebuah discotik yang tidak jauh dari tempat kami makan. Aku bersama teman baru ku pun memasuki sebuah night club yang ada di jalan Legian. Nama nya ialah Sky Garden. Disana aku pun memesan segelas beer dan semuanya itu teman ku lah yang membayarnya.
Pukul 1.45 WITA, aku pun kembali ke losmen untuk beristirhat sedangkan teman ku Gi dia masih asyik duduk – duduk di night club tersebut.

 HARI KELIMA

Hari ini aku bangun lebih awal karena hari ini adalah hari terakhirku berada di Bali, jadi aku memutuskan untuk menghabiskan pagi ini untuk mencari oleh – oleh khas Bali untuk teman dan sanak saudara. Ada 1 toko yang terkenal sekali menjual souvenir khas Bali, namanya ialah Jogger Shop. Tidak afdol rasanya jika berlibur ke Bali tetapi tidak membeli souvenir khas Bali yang ada di toko itu.  Jaraknya tidak begitu jauh dari tempat ku menginap ± 1Km. Disana kita dapat membeli baju, sandal, sepatu jaket dll. Harganya pun bervariasi, yang pasti terjangkau kok untuk kantong backpacker seperti ku.

Setelah selesai membeli oleh – oleh, aku pun kembali ke losmen dan langsung check out. Aku pun bertemu dengan Gi di loby dan dia mengajak ku untuk berjalan – jalan di pantai kuta. Aku pun ikut dengan nya sembari aku menunggu jemputan mobil mini bus yang akan membawa ku ke Surabaya pukul 17.00 WITA. Aku menitipkan tas ranselku di kamarnya dan kemudian aku mengembalikan sepeda motor sewaan itu ke pemilik nya, kemudian aku dan Gi langsung menuju pantai Kuta dengan menggunakan sepeda motor nya.
Aku duduk - duduk di salah satu kedai yang berada di dalam area pantai kuta dengan di temani 1 buah kelapa muda dan sepiring nasi goreng seharga Rp.25.000 (..hem…asyik. . .), sedangkan Gi asyik berselancar di tengah pantai. 

Setelah beberapa jam aku bersantai – santai di pantai Kuta, aku pun meminta Gi untuk mengantarkan ku ke losmen untuk mengambil tas ransel ku, dan tidak lupa untuk numpang mandi dan sikat gigi. Waktu menunjukkan sudah hampir menuju pukul 17.00 WITA. Aku pun meminta Gi untuk mengantarkan ku ke tugu bom Bali, karena aku meminta mobil travel tersebut untuk  menjemput ku disana. Tidak lama berselang, mobil travel yang menjemputku pun tiba dan ini saat aku berangkat menuju Surabaya. Gi pun memberikan pelukkan selamat tinggal kepada ku (it’s nice to see you my comrade). Mobil travel itu pun melaju dengan kencang menuju Surabaya.

HARI  KEENAM

Aku sampai di Surabaya pukul 8.00 WIB. Si abng sopir menurunkan ku pas di depan bandara Juanda. Sesampai aku di bandara aku langsung check in dan langsung menuju konter untuk membayar biaya airport tax sebesar Rp.40.000, memang lebih mahal dibandingkan dengan bandara polonia. Aku menggunakan waktu luangku untuk mencari tempat untuk sarapan sembari aku menunggu waktu keberangkatan. Setleah itu akupun langsung menuju ruang tunggu bersiap – siap untuk kembali ke Medan.


 PERINCIAN BIAYA.
Hari Pertama
Tiket pesawat airasia PP Medan – Surabaya, Surabaya – Medan ► 550.000
Airport Tax Bandara Polonia ► 35.000
Makan Siang Di Surabaya ► 15.000
Biaya Travel Surabaya – Bali ► 110.000
Hari Kedua
Sarapan di Legian ► 15.000
Hotel selama 3 malam ► 80.000 / malam X 3 = 240.000
Sewa  sepeda motor selama 3 hari ► 45.000 / hari X 3 = 130.000
Tiket masuk Tanah Lot ► 10.000
Makanan slema Nyepi ► 40.000
Hari Ketiga

Hari Keempat
Biaya Masuk GWK ► 35.000
Biaya Masuk Uluwatu ► 4.000
Makan Siang ► 15.000
Hari Kelima
Makan Siang ► 25.000
Tiket Travel Ke Surabaya ► 110.000
Hari Keenam
Sarapan Di Juanda Airport ►25.000
Airport Tax Juanda ► 40.000
TOTAL = 1.399.000