Selasa, 22 Januari 2013

Tanah Lot - Bali, Tample On The Rock


Perjalanan pada hari kedua di Bali, saya mulai dari Tanah Lot. Tanah Lot berada di sebelah barat Denpasar, tepatnya di Kabupaten Tabanan. Pergi sendirian tidaklah menjadi masalah buatku. Meskipun melewati jalan-jalan yang cukup membingungkan karena sepi, tapi beruntung saya nggak nyasar. Perjalanan kurang dari satu jam saya sudah sampai di Tanah Lot. Hal ini tidak lepas dari petunjuk jalan di Bali yang cukup lengkap dan jelas.
Narsis Bentar ah. . . .

Sebelum masuk, kita harus membeli tiket sebesar 10.000 kalau nggak salah. Setelah itu baru deh masuk ke pintu menuju arah pura. Seperti di tempat-tempat wisata yang lain, sepanjang jalan menuju ke pura banyak terdapat kios-kios yang menjual makanan dan souvenir. Berbagai macam souvenir khas Bali dijual di sini.

Dari pintu masuk tadi sampai dengan tepi pantai berjarak kurang lebih 200 meter. Lumayan buat olahraga di pagi hari. Barulah saya sampai di tepi pantai untuk mengagumi keindahan Pura Tanah Lot
 yang dibangun di atas batu karang besar di tengah pantai dan ini lah yang membuat wisatawan takjub akan keindahannya. Enaknya ke Tanah Lot pagi hari karena belum terlalu ramai. Jadi saya dengan puas menikmati keindahan alam ini tanpa gerombolan manusia-manusia.
Tanah Lot Sesaat Pasang Belom Datang
Saat saya datang, air laut sedang surut. Pengunjung bisa berjalan menuju ke pura tanpa basah-basahan. Nah saat menjelang sore sepertinya Tanah Lot menjadi pasang sehingga kalau mau menuju ke pura, mau nggak mau pakaian jadi basah. Yang menarik di Tanah Lot pada sore hari ialah kita dapat melihat matahari tenggelam (sunset) yang sangat indah, ketika sang Surya tenggelam di kaki cakrawala, sungguh pemandangan yang dapat membuat mata berhenti berkedip. Dijalan menuju pantai Tanah Lot banyak dijumpai penunjang pariwisata seperti hotel, restaurant, art shop, dan lainnya. Waktu yang baik untuk berkunjung kesana adalah pukul 16:00, jadi kita dapat melihat-lihat pemandangan dengan tebing yang curam, pura Tanah Lot yang mengagumkan, dan pemandangan pantai sambil menunggu sunset.
Sunset di Tanah Lot
Beberapa Tourist Yang Tertangkap Kameraku







Senin, 21 Januari 2013

Pulau Banyak, Aceh Singkil (the hidden paradise)



Kepulauan Banyak merupakan sebuah kecamatan di daerah kabupaten aceh singkil (Nanggroe Aceh Darussalam) dan ibukota kecamatannya terdapat di pulau balai. Pulau balai merupakan nadi perekonomian dari kepulauan banyak karena disana terjadi transaksi ekonomi antar penduduk, selain itu pulau balai mempunyai fasilitas lengkap di banding pulau-pulau lainnya yang ada di kepulauan banyak. Pulau banyak sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mempunyai potensi yang cukup besar bagi pengembangan sektor pariwisata karena memiliki keindahan, kekayaan alam dan kehidupan sosial budaya serta peninggalan – peninggalan sejarah yang semuanya dapat dijadikan objek wisata. Alam Aceh Singkil yang begitu menakjubkan dan mempesona belum dapat di manfaatkan secara maksimal, banyak sekali potensi wisata yang selama ini terpendam, diantaranya adalah wisata bahari yang saat ini sudah mulai dikembangkan.
Sunset Di Pulau Balai
Satu- satunya yang dapat dikembangkan sebagai lokasi Wisata Bahari ialah Pulau Banyak. Sebagai daerah kepulauan, Pulau Banyak selain memiliki laut yang cukup luas juga pantai yang sangat panjang dan indah, pantai Pulau Banyak tidak kalah dengan Bali. Pasir putihnya lebih lembut dari Legian Bali, lambaian daun- daun kelapa yang rindang semakin memperindah suasana tamasya dengan pemandangan alam pantai tropis. Indahnya panorama Sunset juga menjadi tontonan tersendiri yang mengasyikkan.

Bagaimana Caranya Menuju Kepulauan Banyak?
Cara menuju kepulauan banyak sangat lah mudah dan banyak transportasi yang melayani route medan – singkil. Aku melakukan perjalanan dari Medan dengan menggunakan travel (Medan - Aceh Singkil) dengan harga Rp. 110.000 untuk armada Kijang Inova, Avanza dan Kijang Krista, full AC. Jika itu masih kemahalan, masih ada alternatif transportasi yang bisa di gunakan untuk menuju singkil seperti Armada L 300 dengan harga Rp. 75.000 dengan jumlah penumpang max 11 orang, dan Rp. 90.000 dengan jumlah penumpang max 9 orang, non AC.

Nb. Perjalanan Medan - Singkil akan di tempuh -/+ 8 jam dan Nuansa Buana Air (NBA) melayani penerbangan Medan - Singkil tetapi hanya tersedia 2 x seminggu Senin dan Sabtu pagi.

Kemudia perjalanan di lanjutkan dengan menggunakan kapal nelayan yang biasa mengangkut sembako dari pelabuhan jembatan tinggi Singkil dengan tarif Rp. 25.000 / orang dan perjalanan ini akan menyita waktu sekitar -/+ 3 jam. Kapal - kapal nelayan yang menuju Pulau Balai selalu berangkat pukul 7.30 pagi setiap harinya.
Kapal Nelayan Yang Menuju Pulau Balai

Jika takut menggunakan kapal nelayan, masih ada alternative yang bisa digunakan menuju pulau balai yaitu kapal ferry dengan lama perjalanan -/+ 4 jam dengan biaya yang sedikit lebih mahal dari kapal nelayan Rp. 30.000. Dan jadwal keberangkatan kapal ferry hanya seminggu sekali setiap hari selasa dari Singkil - Pulau balai dan hari rabu dari Pulau balai - Singkil.


Nb. Dari pulau balai bisa menyewa perahu - perahu nelayan setempat untuk mengelilingi beberapa pulau di kepulauan banyak dengan tarif Rp. 300.000.

Apa Saja Yang Bisa Di Lakukan Di Pulau Banyak?
Banyak hal yang bisa di lakukan di Kepulauan banyak, misalnya mengunjungi Pulau bengkaru yang mana disana terdapat beberapa satwa langka yaitu penyu hijau, penyu belimbing dan penyu sisik. Di pulau bangkaru kita bisa menyaksikan langsung penyu - penyu  tersebut pada malam hari ketika mereka ingin bertelur di pulau bangkaru. Masuk ke pulau bangkaru di kenakan biaya konservasi.
Sudut Pulau Palambak
Di kepulauan banyak kita juga bisa HOPING island, yaitu kita bisa mengunjungi beberapa pulau yang ada di kepulauan banyak seharian penuh dengan menggunakan perahu nelayan yang bisa di sewa seharian dan jarak satu pulau dengan pulau yang lain tidaklah begitu jauh jaraknya. Sehingga sangat sempurna bagi yang senang melakukan penjelajahan dari satu pulau ke pulau lainnya Dan kita juga bisa snorkling di beberapa spot terbaik seperti pulau lambudung, pulau tailana dan pulau pandan. Sebenarnya masih banyak lagi spot yang menarik disana dan hanya tergantung pada selera masing masing saja. Seandainya belum cukup juga, masih ada aktivitas turtle watching di daerah konservasi pulau Bangkaru, dimana kita bisa ikut dalam tim yang berpatroli setiap jam 8 malam di pantai Amandangan untuk melakukan kontrol terhadap penyu yang singgah di pantai.
Salah Satu Sudut Pulau Sikandang


Pulau Sikandang


Pulau Bangkaru
Surfing / selancar juga bisa dilakukan di kepulauan banyak, terdapat 12 titik ombak untuk selancar yang cukup panjang dan bisa bisa mencapai ketinggian 6 meter yang terbesar di pulau Bangkaru, Ujung Silingar dan bagian selatan pulau Tuangku. Titik selancar yang paling banyak di kunjungi oleh peselancar adalah pantai Amandangan dan pantai Pelanggaran di pulau Bangkaru.

Harus Menginap Dimana?
Ada beberapa pilihan untuk menginap di kepulauan banyak. Yang pertama di pulau Balai (yang merupakan gerbang masuk kepulauan banyak), ada beberapa penginapan di pulau Balai dengan harga yang bervariasi dan terjangkau seperti penginapan putri, aurora, dan auk kombi. 

Penginapan Putri
Cottage di Pulau Palambak

Yang kedua, kita bisa menginap di pulau palambak besar, yang mana tersedia 4 cottage kayu yang disewakan untuk para tamu sedangkan 2 bangunan lagi merupakan kantin dan tempat tinggal pengelola cottage. Cottage ini berbentuk rumah panggung berukuran 4 x 4 meter dan dapat di tempati untuk 2 orang atau lebih. didepan kamar terdapat sebuah balkon yang langsung menghadap ke pantai. Balkon ini juga di lengkapi dengan dua buah kursi rotan dan meja. Harga sewa cottage ini ialah Rp. 100.000 / person dan makan per hari Rp. 100.000 (3x makan).
Cottage Di Pulau Sikandng
Dan jika tidak ingin menginap di Pulau Palambak atau cottage di Palambak penuh, kita bisa pindah ke Pulau Sikandang, yang mana terdapat beberapa cottage yang tidak kalah bagus dengan cottage yang ada di Pulau Palambak, tetapi cottage di Pulau Sikandang hanya buka pada saat musim liburan saja. Dan jika ingin sesuatu yang extreme kita bisa berkemah di beberapa pulau yang tidak ada penghuninya seperti Pulau Lambudung, Pulau Asok, Pulau Pandan, Pulau Tailana dll.

Untuk menuju dan menikmati keindahan gugusan pulau Banyak, sebaiknya berangkat pada bulan Maret hingga Agustus karena itulah saat terbaik untuk mengunjungi pulau Banyak. pada bulan - bulan itu cuaca cerah dan laut tenang dan waktu terbaik untuk hoping island, kayaking dan snorkling. (Let's plan  your trip to Banyak Island And you'll get something different from islands you've ever visited before).




Rabu, 16 Januari 2013

Backpacker Ke Bukit Lawang ( Mengejar sang Primadona Di Alam Bebas )


Kurang tahu juga apakah ada kaitannya Bukit Lawang dengan Taman Lawang yang ada di Jakarta. Menurutku hanya berbeda yang nongkrong saja. Kalau di Taman Lawang Bencong kalau di Bukit Lawang Orang utan. (hem...beda beda tipis lah... hehehehhe).


Bukit Lawang adalah nama tempat wisata di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara yang terletak 68 km sebelah barat laut Kota Binjai dan sekitar 80 km di sebelah barat laut kota Medan. Bukit Lawang termasuk dalam lingkup Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan daerah konservasi terhadap mawas orang utan.

Sejak dulu, tempat ini dikenal turis mancanegara sebagai objek wisata alam hutan tropis. Bahkan di dunia tidak lebih dari lima tempat yang mempunyai wisata hutan tropis yang sangat sejuk. Bukit Lawang bahkan mungkin salah satu yang terbaik di dunia. Pemandangan alamnya terutama didominasi bukit-bukit terjal, pepohonan rindang, dan pemandian sungai dengan airnya yang jernih.

Tidaklah sulit Untuk mencapai Bukit Lawang. Bukit Lawang dapat ditempuh melalui perjalanan darat dari kota Medan (Ibu kota Provinsi Sumatera Utara) melewati kota binjai dengan kendaraan umum yang dapat kita naiki di terminal Pinang Baris Medan atau juga dapat menyewa kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 3 jam dengan jarak sekitar 80 Km dari kota Medan. Angkutan model bus hingga travel berangkat hampir setiap waktu dari terminal terpadu Pinang Baris (hati-hati di terminal ini banyak copet dan tukang hypnotist).

Kondisi jalan menuju kawasan Bukit Lawang sangat baik dan telah diaspal. Selama perjalanan sekitar 2 jam, akan terlihat perkebunan kelapa sawit, serta beberapa sungai yang menjadi sumber kehidupan warga sekitar. Lantas sehabis melewati perkebunan karet, maka panorama Bukit Lawang yang menakjubkan terhampar luas.

Setelah menempuh waktu 3 jam wisatawan akan disambut dengan jembatan “Jembatan Goyang”. Jembatan ini menghubungkan antara satu sisi sungai dengan yang ada diseberang sungai untuk menuju ke penginapan, harus hati-hati dan jaga keseimbangan ketika melewati jembatan ini. Soalnya jembatan ini mudah sekali goyang dan jembatan ini hanya terbuat dari susunan papan dan bambu yang di sambung dengan tali baja. (Silap dikit aja wassalam dah... hihihihi…).


Jembatan Goyang..
Jatuh Ya wassalam deh
Sebenarnya masih ada jembatan lainnya yang menghubungkan antara satu sisi sungai dengan yang ada di seberangnya, dan jembatan ini letaknya tidak begitu jauh dari jembatan yang pertama. Jembatan yang kedua ini cukup aman untuk dilalui karena jembatan ini kuat dan tidak bergoyang sama sekali.

Jembatan Yang Baru Di Bukit Lawang
Sebenarnya banyak sekali yang bisa kita lakukan di Bukit Lawang. Seperti, Trekking, yang mana kegiatan ini banyak sekali di lakukan oleh para wisatawan mancanegara jika mereka datang ke Bukit Lawang, karena mereka ingin menyaksikan panorama alam yang indah dengan sungai yang jernih serta keberadaan Orangutan Sumatera Utara menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan. Para wisatawan bisa menjelajahi hutan hingga sampai di Tangkahan, sebuah objek wisata menarik lainnya di Sumatera Utara. Bila Anda seorang petualang tangguh, mungkin Anda ingin melakukan jelajah hutan hingga ke Ketambe di wilayah Aceh bagian selatan. Jadi saya memutuskan hanya melakukan jelajah hutan satu hari.

 Disertai seorang pemandu yang saya sewa, saya memulai perjalanan singkat menjelajah Gunung Leuser selama 6 jam. Hutan hujan tropis yang saya lalui masih cukup lebat, kicau burung terdengar bersahutan. Ranting berderak patah terinjak kaki-kaki kami. Beberapa kali kami harus melewati sungai kecil yang mengalir di tengah hutan.
Sungai Bahorok Yang Berada di Tengah Hutan

Selama rentang waktu tersebut, kami mendaki dan melintasi pucuk-pucuk bukit di atas aliran Sungai Bahorok. Semakin ke atas, suara bising kendaraan mulai samar terdengar. Yang ada hanya suara deruan aliran Sungai Bahorok yang perlahan-lahan juga mulai menghilang. Bang anto, sang pemandu yang berjalan di depan mendadak mengisyaratkan untuk berhenti. Ia berdiri mematung dan memandang ke atas rimbunan pohon di depan. Tiba-tiba, dahan sebelah atas salah satu pohon bergerak kencang. Gerakan itu berpindah ke pohon lain di depannya dan terus mendekat ke arah kami. Tak lama kemudian tampaklah seekor orang utan liar menggelantung di pepohonan bergerak ke arah kami. Meskipun saya sudah pernah melihat orang utan di kebun binatang medan, tapi tetap saja kedatangan makhluk ini membuat saya ketar-ketir.
Orang Utan Yang Bergelantungan Di Pepeohonan

Bang anto, sang pemandu menjelaskan bahwa orang utan yang satu ini adalah orang utan liar dan terkadang suka merampas barang bawaan para tamu. Untungnya, orang utan yang kami jumpai cukup bersikap ramah. Ditambah setelah Bang anto mengeluarkan satu sisir pisang yang sudah disiapkan untuk berjaga-jaga kalau-kalau berjumpa orang utan di sepanjang perjalanan. Pisang membuat makhluk yang satu ini betah berlama-lama di dekat kami, sehingga menjadi sasaran bidikan  kamera. Saya pun memberanikan diri saya untuk member makan orang utan tersebut atas saran bng anto. Dan ternyata menakjubkan dan orang utan tersebut tidaklah galak atau apalah.

Sedang Mengasih Makan Sang Primadona Di Alam Bebas
Orang utan Sumatera berbulu panjang, lebat, dan berwarna kemerahan di seluruh tubuh bagian atas, kedua lengan, kaki hingga kepala. Orang utan memilih buah-buahan sebagai makanan utama, selain itu juga memakan dedaunan, rayap dan semut. Setelah puas mengamati dan mengabadikan orang utan itu, kami melanjutkan perjalanan menuju feeding center melalui jalan setapak yang curam dan merambah pucuk – pucuk perbukitan yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.

Orang Utan Di Alam Bebas
Nafas ku pun mulai terengah – engah menjamah hutan lebat ini . sesekali aku berpegangan pada ranting pohon agar tidak terpleset saat menaiki dan menurunin bukit – bukit disana. Sesampainya aku di feeding center ternyata sudah banyak turis mancanegara dan lokal yang sudah berada disana melihat orang utan yang sedang bergelantungan di sudut kiri dan kanan, dan ternyata itu adalah waktunya makan bagi para orangutan. Seperti biasa para orang utan makanannya ialah pisang dan yang bikin aneh minumannya itu, minumannya susu, dan mereka minumnya dari gelas. Dan mereka beda dengan orang utan yang saya jumpain di hutan tadi. Orang utan yang berada di konservasi ini jinak – jinak dan mereka tidak takut pada manusia. Malah ada beberapa yang jalan melewati penonton, tapi cuek gitu deh kagak nengok2… (huuu somsek!) Padahal pingin aku ajak pulang kalo nggak somsek…


Situasi Di Konservasi Orang Utan Saat Waktu Pemberian makan
Semua wisatawan baik local maupun macanegara sangat berantusias mengabadikan foto – foto orang utan yang sedang makan di feeding center dan Sebelnya ada anak kecil yang teriak-teriak bikin kita nggak konsen, dan bikin takut orang utan! hiiihhh!…tapi yg salah bapaknya udah tau anaknya masih kecil dan rada tengil… pakek diajak ajak segala lagi. (hehehhheehe).
(waktu makan bagi orang utan 2 x sehari, pagi dan sore. Jadi jika ingin melihat orang utan yang ada di konservasinya mesti tahu jadwal makannya ya!!!).

Perjalanan diakhiri sampai di sini. Benar-benar pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Saya yang awalnya tidak terlalu berekspektasi untuk bertemu orangutan malah bertemu banyak orang utan yang berada di alam bebas dan di konservasi nya. Dalam hati saya berniat akan kembali ke Bukit Lawang untuk menikmati lebih lama suasana hutan Taman Nasional Gunung Leuser ini. Mungkin dengan trekking pendek atau berkemah di hutan. Berdasarkan cerita Bang anto tidak banyak turis lokal yang berkemah di hutan Bukit Lawang. Kebanyakan yang melakukan aktifitas itu adalah turis asing. Suatu saat jika ada waktu pasti saya akan ke sana lagi. sore itu saya habis kan waktu untuk bersantai - santai di pondok pinggir sungai.